Hot Posts

4/footer/recent

Comments

4/comments/show

Perlukah Nilai Etika dalam Berbusana?

Foto museum ini tidak memiliki sangkut paut dengan isi tulisan. Penulis tidak memiliki foto yang relevan dengan isi tulisan, sehingga memakai foto seadanya.

          Beberapa waktu lalu, di media sosial heboh perihal busana kuliah seorang mahasiswa. Kejadian heboh ini berawal dari cuitan seorang mahasiswa yang mengenakan lingerie atau baju tidur yang memperlihatkan tali behanya sebagai salah satu mix n match OOTD yang ia kenakan di kampus. Kabar-kabarnya, seorang mahasiswa tersebut merupakan salah satu mahasiswa kampus seni ternama di pulau Jawa.

Dengan menggunakan captionyou only live once guys, pakai lingerie mu ke kampus”, unggahan tersebut berhasil menyulut amarah dan debat para netizen twitter. Kalimat yang digunakan oleh perempuan tersebut merupakan kalimat persuasif. Secara tidak langsung, kalimat tersebut merupakan sebuah kalimat ajakan yang ditujukan bagi para mahasiswa di luaran sana untuk meniru gaya berbusana memakai lingerie di dalam kampus.

Perdebatan mengenai sopan santun dan etika berbusana dalam lingkup akademik terjadi sangat panas. Ada yang mengatakan bahwa gaya berbusana semacam itu dalam kampus, terutama saat melakukan perkuliahan adalah perilaku sangat tidak etis dan nir adab. Pasalnya, kampus merupakan tempat untuk menimba ilmu, sedangkan busana yang dikenakan tidak mencerminkan seseorang yang menghormati ilmu.

Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa berbusana seperti itu, tentunya hanya dilakukan oleh mahasiswa dari kampus tidak terkenal yang bentuk bangunan kampusya seperti ruko. Nyatanya, mahasiswa yang sedang heboh itu berasal dari salah satu kampus seni yang cukup terkenal pamornya.

Pernyataan itu tentunya memantik keributan. Banyak yang membalas tweet tersebut dengan foto-foto mahasiswa dengan gaya berbusana terbuka memperlihatkan pusar dan tidak lupa mencantumkan nama kampusnya yang terbilang terkenal serta fakultasnya.

Mereka menganggap, gaya berbusana tersebut sangatlah awam untuk ukuran kampus seni ataupun fakultas-fakultas “liberal”. Komposisi warna dan bahan yang biasa-biasa saja bukanlah jati diri anak seni. Harus ada gebrakan anti mainstream yang menggairahkan semangat beraktivitas, salah satunya yakni melalui busana.

Dengan memakai busana terbuka, mereka juga menganggap apa yang dikenakan mereka merupakan hal yang sah dan benar-benar saja. Hal ini mereka perkuat dengan sikap tak acuh dosen maupun petinggi fakultas. Banyaknya civitas akademika kampus yang tak menegurnya menjadi “surat izin legal” pemakaian busana yang seperti itu. Padahal, diamnya para akademisi akan hal itu bukan berarti sah-sah saja. Ayolah teman-teman, kita sudah dewasa, sudah berkuliah berarti sudah bisa melihat mana yang pantas dan mana yang tidak, serta mana yang baik dan mana yang buruk.

Kalau berbicara tentang hal yang baik dan buruk, kita menyinggung tentang suatu nilai yang bernama etika. Dikatakan bernilai atau beretika di sini apabila suatu hal yang dilakukan atau dikenakan lazim ditemui di lingkungan kehidupan manusia berdasarkan norma atau peraturan yang dibuat manusia yang menghuni lingkungan tersebut. Dengan kata lain, norma dan peraturan itu ada berdasarkan hasil dari konsensus bersama dengan berlandaskan kepentingan bersama.

Apalagi kalau mereka berbicara bahwa busana seperti itu adalah fashion yang tidak bisa disalahkan dan alasan lain seperti menjadi mahasiswa harus melek fashion terkini, tidak hanya pintar dalam hal akademik saja (harus imbang katanya). Parahnya lagi kalau mereka menyebut dirinya dengan kata fashionista. Bung, seorang yang paham akan fashion tentunya akan mengerti di mana saatnya busana tersebut halal dikenakan atau haram dikenakan. Dengan mengenakan baju tidur atau lingerie ke kampus, membuat pemakai menjadi terlihat tidak tahu tempat dan terkesan merendahkan kapasitas nilai-nilai tentang beretika.

Selain itu, hal lain yang perlu disoroti yakni penggunaan lingerie-nya. Kali ini lebih mengarah ke nilai logikanya (benar dan salahnya). Kita tahu, komposisi bahan untuk baju tidur berbeda dengan baju sehari-hari. Ia dibuat dengan bahan-bahan yang memang dikhususkan untuk di dalam ruangan dan tidak cocok dikenakan untuk beraktivitas di luar. Bayangkan, baju berbahan satin ataupun microfiber digunakan di luar ruangan. Beraktivitas seharian penuh dengan menggunakan baju tersebut, kira-kira apa tidak mudah mengundang bakteri dan kotoran-kotoran?

Kemudian, kalau lingerie itu sudah sampai rumah (atau kos). Lingerie dicuci dan digunakan untuk tidur besoknya. Berulang-ulang hingga kuman dan bakteri sudah mandarah daging di baju tidur tersebut. Tentunya menimbulkan ketidaknyamanan untuk tidur. Atau parahnya, saat lingerie itu telah sampai di rumah, ia hanya berakhir di gantungan baju. Teronggok berhari-hari, sehingga kuman dan bakterinya akrab dengan baju di sampingnya. Akrab denganmu sebagai pemilik kamar itu juga.

Di sisi lain, ada juga yang berpendapat mengenai standar berpakaian. Berpakaian yang sopan yakni berpakaian yang pantas dilihat dan sesuai dengan situasi serta kondisi. Pasalnya, cuitan yang trending di twitter tersebut apabila tidak dibarengi dengan caption yang kontroversial, maka, banyak sekali netizen yang tidak sadar dengan outfit yang dikenakan oleh mahasiswa tersebut, bahwa busana itu adalah lingerie. Kalau menurut hemat saya, si pengirim tweet tersebut sengaja mengunggah postingan dengan caption kontroversialnya supaya ramai dan mendapatkan kepuasan pribadi (apalagi yang didapat selain hujatan kalau bukan kepuasan pribadi?).

Akan tetapi, balik lagi, kita tetap harus kembali ke aturan nilai. Sebagaimana yang telah dijelaskan tadi, nilai etika muncul melalui proses kesepakatan bersama para individu. Hal tersebut tentunya ditujukan untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan tentunya bersifat maslahah atau kesejahteraan bersama. Jadi, berbusana bukan hanya perihal estetika, kesenian, maupun kebebasan, lebih dari itu, berbusana adalah bagaimana menginterpretasikan diri kita di manapun kita berada dan di segala kondisi maupun situasi.

Ingat, kalau apa yang kau kenakan sudah kau anggap benar dan baik, tapi bagi nilai dan norma yang berlaku justru sebaliknya. Mbok yo jangan ngeyel. Sudah tahu salah kok masih cari pembelaan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perlukah Nilai Etika dalam Berbusana?"

Posting Komentar